Tren Fashion Berkelanjutan Semakin Mendapat Perhatian Publik
Tren Fashion Berkelanjutan Semakin Mendapat Perhatian Publik

Tren Fashion Berkelanjutan Semakin Mendapat Perhatian Publik

Tren Fashion Berkelanjutan Semakin Mendapat Perhatian Publik

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Tren Fashion Berkelanjutan Semakin Mendapat Perhatian Publik
Tren Fashion Berkelanjutan Semakin Mendapat Perhatian Publik

Tren Fashion Berkelanjutan dalam beberapa tahun terakhir, kesadaran konsumen akan dampak lingkungan dari industri fashion semakin meningkat. Banyak kalangan, khususnya generasi milenial dan Gen Z, mulai mempertanyakan bagaimana pakaian mereka di produksi dan apa dampaknya terhadap bumi. Berdasarkan survei yang dirilis oleh McKinsey & Company (2023), lebih dari 67% responden dari kalangan muda menyatakan bahwa mereka bersedia membayar lebih untuk produk fashion yang di produksi secara berkelanjutan.

Industri fashion dikenal sebagai salah satu penyumbang emisi karbon terbesar di dunia. Data dari United Nations Environment Programme (UNEP) menyebutkan bahwa industri ini bertanggung jawab atas sekitar 10% dari total emisi karbon global dan menyumbang 20% dari limbah air dunia. Proses pewarnaan dan pencucian tekstil saja menyumbang polusi air dalam jumlah besar yang merusak ekosistem.

Di Indonesia, peningkatan kesadaran ini tercermin dari maraknya gerakan konsumen yang menolak fast fashion dan mulai memilih produk lokal berkelanjutan. Merek-merek seperti Sejauh Mata Memandang, Pijak Bumi, dan Osem berhasil mencuri perhatian publik dengan mengedepankan prinsip ramah lingkungan dan etika dalam produksinya.

Media sosial turut berperan besar dalam menyebarkan informasi tentang bahaya fast fashion. Kampanye seperti #WhoMadeMyClothes yang di inisiasi oleh Fashion Revolution semakin banyak di ikuti masyarakat Indonesia. Influencer dan selebritas mulai mengedukasi pengikut mereka untuk lebih bertanggung jawab dalam memilih produk fesyen, mendorong tren konsumsi yang lebih sadar lingkungan.

Tren Fashion Berkelanjutan membuka peluang besar bagi industri untuk berinovasi seiring perubahan gaya hidup konsumen yang makin peduli lingkungan. Brand yang adaptif dan mampu menyematkan nilai keberlanjutan dalam produknya tak hanya meraih kepercayaan pasar, tetapi juga memperkuat posisi bisnis mereka di tengah pertumbuhan lanskap ekonomi hijau.

Tren Fashion Berkelanjutan: Peran Desainer Lokal Dan Inovasi Material Ramah

Tren Fashion Berkelanjutan: Peran Desainer Lokal Dan Inovasi Material Ramah

Lingkungan ini tidak lepas dari kontribusi desainer lokal yang mulai berinovasi dengan menggunakan material ramah lingkungan. Banyak perancang busana Indonesia kini melirik bahan-bahan alami seperti serat bambu, linen organik, kapas daur ulang, hingga pewarna alami dari tumbuh-tumbuhan lokal sebagai alternatif pengganti bahan sintetis yang sulit terurai.

Salah satu desainer yang cukup vokal dalam mempromosikan fashion berkelanjutan adalah Chitra Subiyakto, pendiri label Sejauh Mata Memandang. Ia menggunakan bahan-bahan alami dan teknik pewarnaan tradisional untuk menghasilkan produk yang tidak hanya indah, tetapi juga memperhatikan aspek sosial dan lingkungan. Bahkan, dalam setiap koleksinya, Chitra selalu menyisipkan pesan edukatif mengenai pentingnya merawat bumi.

Inovasi material juga di lakukan melalui pemanfaatan limbah sebagai bahan baku. Startup seperti Taka dan Ecollabo8 mengolah limbah plastik dan tekstil menjadi produk fashion baru, seperti tas, sepatu, dan aksesori. Inisiatif ini tidak hanya mengurangi jumlah sampah di tempat pembuangan akhir (TPA), tetapi juga menginspirasi konsumen untuk berpartisipasi dalam gerakan daur ulang.

Lembaga riset seperti Indonesian Institute of Sciences (BRIN) juga aktif dalam mengembangkan teknologi tekstil ramah lingkungan. Salah satu proyeknya adalah pengembangan serat dari rumput laut dan nanocellulose yang berpotensi menggantikan polyester. Ke depan, inovasi-inovasi ini di prediksi akan menjadi tulang punggung transformasi industri tekstil nasional yang lebih berkelanjutan.

Pemerintah turut mendukung melalui program Kreatif Lokal Award dan Indonesian Sustainable Fashion Movement, yang memberikan apresiasi kepada desainer dan pengusaha mode yang mengedepankan prinsip lingkungan dan keberlanjutan. Dukungan ini di harapkan mampu memperluas jangkauan produk fashion hijau hingga pasar internasional.

Tantangan Dalam Mewujudkannya Di Indonesia

Tantangan Dalam Mewujudkannya Di Indonesia meskipun tren fashion berkelanjutan menunjukkan perkembangan positif, implementasinya di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan. Salah satu yang utama adalah biaya produksi yang tinggi. Bahan alami dan proses produksi etis membutuhkan investasi lebih besar di bandingkan produk massal dari fast fashion. Hal ini membuat harga jual menjadi lebih tinggi dan sulit di jangkau oleh sebagian besar konsumen.

Selain itu, masih banyak pelaku industri, khususnya UMKM, yang belum memiliki pengetahuan dan sumber daya untuk beralih ke praktik produksi berkelanjutan. Kurangnya edukasi mengenai standar green production dan minimnya akses terhadap bahan ramah lingkungan menjadi kendala utama dalam transformasi ini. Banyak pelaku bisnis juga belum melihat keberlanjutan sebagai nilai tambah yang strategis.

Dari sisi konsumen, meskipun kesadaran meningkat, sebagian besar masyarakat masih lebih mengutamakan harga murah di bandingkan prinsip keberlanjutan. Survei Jakpat (2024) menunjukkan bahwa hanya 35% konsumen di kota besar yang secara aktif mempertimbangkan faktor ramah lingkungan saat membeli pakaian. Sementara itu, di daerah pinggiran, angka tersebut turun menjadi di bawah 20%.

Kampanye fashion berkelanjutan juga masih bersifat terfragmentasi dan belum mendapat dukungan massif dari media arus utama. Banyak informasi hanya tersebar di lingkaran komunitas kecil atau media sosial, sehingga belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Padahal, perubahan paradigma harus di dorong secara kolektif agar dampaknya signifikan.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, kolaborasi lintas sektor sangat diperlukan. Pemerintah, industri, pendidikan, dan masyarakat harus bersama merumuskan strategi, insentif produsen ramah lingkungan, serta edukasi konsumen berkelanjutan.

Dari Tren Menjadi Gaya Hidup

Dari Tren Menjadi Gaya Hidup meskipun masih menghadapi berbagai tantangan, tren fashion berkelanjutan diprediksi akan berkembang menjadi gaya hidup jangka panjang. Generasi muda yang kini menjadi kekuatan dominan dalam pasar konsumen, cenderung lebih peduli terhadap isu lingkungan dan sosial. Mereka menuntut transparansi dan tanggung jawab dari brand yang mereka dukung.

Laporan dari Business of Fashion (BoF) dan McKinsey (2024) menunjukkan bahwa 73% Gen Z global menyatakan mereka berhenti membeli dari brand yang tidak sesuai dengan nilai-nilai keberlanjutan. Hal ini menandakan bahwa aspek etika dan keberlanjutan tidak lagi menjadi tambahan, tetapi sudah menjadi bagian inti dari keputusan membeli.

Di Indonesia, tren ini semakin terlihat melalui maraknya gerakan “zero waste fashion”, thrifting, dan upcycling di kalangan anak muda. Gerai pakaian bekas kini tidak lagi dianggap kuno, melainkan sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan dan keunikan gaya personal. Platform seperti Tinkerlust, Prelo, dan komunitas Setali Indonesia ikut mendukung pertumbuhan pasar fesyen sirkular.

Brand besar juga mulai mengadaptasi strategi berkelanjutan sebagai bagian dari citra mereka. H&M Indonesia, misalnya, telah memperkenalkan program Garment Collection, di mana pelanggan bisa membawa pakaian bekas untuk didaur ulang. Sementara Zalora Indonesia menyediakan label khusus untuk produk berkelanjutan dengan tag “Earth Edit”.

Masa depan fashion akan bergantung pada seberapa cepat dan serius industri beradaptasi dengan tuntutan konsumen serta tantangan lingkungan. Fashion berkelanjutan bukan lagi sekadar tren sesaat, tetapi bagian dari gerakan global menuju dunia yang lebih adil dan lestari.

Tren fashion di Indonesia kini tidak lagi hanya menjadi milik kalangan niche, melainkan semakin merambah ke arus utama. Dengan dorongan kesadaran konsumen, inovasi desainer lokal, serta dukungan kebijakan dan media, masa depan fashion Indonesia dapat menjadi lebih hijau dan inklusif. Transformasi ini membutuhkan kerja sama lintas sektor dan perubahan pola pikir bahwa fashion bukan hanya tentang gaya, tetapi juga tentang tanggung jawab terhadap bumi dan sesama—itulah esensi dari Tren Fashion Kerkelanjutan.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait