Makanan Nostalgia Jadi Pilihan Menu Café Instagramable
Makanan Nostalgia Jadi Pilihan Menu Café Instagramable

Makanan Nostalgia Jadi Pilihan Menu Café Instagramable

Makanan Nostalgia Jadi Pilihan Menu Café Instagramable

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Makanan Nostalgia Jadi Pilihan Menu Café Instagramable
Makanan Nostalgia Jadi Pilihan Menu Café Instagramable

Makanan Nostalgia kian mencuri perhatian masyarakat urban, terutama generasi milenial dan Gen Z dalam beberapa tahun terakhir. Makanan-makanan tradisional dan jajanan jadul seperti roti jadul, kue cubit, es mambo, sempol ayam, hingga nasi goreng mawut kembali populer. Namun yang membedakan tren kali ini adalah bagaimana makanan-makanan tersebut dikemas ulang dengan sentuhan visual yang menarik untuk media sosial, terutama Instagram dan TikTok.

Menurut survei Jakpat (Jajak Pendapat Indonesia) tahun 2023 terhadap 1.500 responden usia 18–35 tahun di kota besar, sebanyak 72% mengaku tertarik mengunjungi kafe yang menyajikan makanan nostalgia. Alasan utama mereka adalah ingin mengenang masa kecil (68%) dan tertarik karena tampilannya unik dan cocok untuk difoto (54%). Ini menunjukkan bahwa selain rasa, nilai emosional dan estetik memegang peran penting dalam keputusan konsumen.

Kafe-kafe Instagramable di Jakarta, Bandung, Surabaya hingga Yogyakarta berlomba menghadirkan menu yang membangkitkan kenangan masa kecil dengan cara yang segar. Misalnya, café bernama “Tjikini Lima” di Jakarta Pusat menawarkan menu seperti mie tek-tek, roti bakar srikaya, dan es goyang dalam suasana vintage. Interiornya yang bergaya tempo dulu menambah kekuatan atmosfer nostalgia bagi para pengunjung.

Fenomena ini juga terjadi di luar negeri. Di Jepang, tren “natsukashii” (rasa sentimental terhadap masa lalu) menjadi inspirasi banyak restoran bertema era Showa. Begitu pula di Korea Selatan dengan konsep kafe yang menyajikan camilan era 1980–1990-an, seperti susu pisang atau roti krim klasik. Ini menandakan bahwa kuliner nostalgia menjadi tren global yang dipicu oleh kerinduan akan masa lalu yang dianggap lebih sederhana dan menyenangkan.

Makanan Nostalgia kini menjadi daya tarik utama café modern, berkat kombinasi makanan tradisional dan visual yang menawan. Generasi muda ingin merasakan kembali cita rasa masa kecil dalam suasana yang instagramable, estetik, dan penuh memori.

Makanan Nostalgia: Rebranding Jajanan Jadul

Makanan Nostalgia: Rebranding Jajanan Jadul salah satu kunci keberhasilan makanan nostalgia di kafe Instagramable adalah kemampuan pelaku usaha untuk mengemas ulang produk lama dalam bentuk yang baru. Jajanan kaki lima seperti cilok, klepon, atau es lilin kini tampil dalam piring cantik dengan hiasan bunga edible dan latar interior estetik yang menarik perhatian pengunjung untuk mengunggahnya ke media sosial.

Studi dari The Nielsen Company Indonesia tahun 2023 menyebutkan bahwa 64% konsumen urban mengaku keputusan kuliner mereka di pengaruhi oleh tampilan makanan di media sosial. Oleh karena itu, pelaku industri kuliner kini sadar bahwa makanan tidak hanya soal rasa, tetapi juga presentasi visual. Hal inilah yang membuat makanan nostalgia di beri sentuhan modern seperti topping premium, warna menarik, hingga plating ala fine dining.

Kafe “Gulai Nostalgia” di Bandung menyajikan nasi kuning kerucut, bubur sumsum pandan, dan kue ape warna pastel. Makanan tradisional dulu di jual di sekolah dan pasar malam, kini tampil elegan dengan latar tanaman hias dan pencahayaan alami.

Peralatan makan vintage, furnitur rotan, dan musik klasik Indonesia menambah suasana yang menghidupkan kembali kenangan dan memori. Hal ini menciptakan pengalaman imersif yang tidak hanya membuat pelanggan kenyang, tetapi juga merasa “pulih” secara emosional.

Rebranding ini juga menarik minat influencer dan food blogger. Akun kuliner populer seperti @anakjajan, @jktfooddestination, dan @ngunyahbareng kerap menampilkan konten makanan nostalgia versi modern, yang membantu memperluas jangkauan pemasaran secara organik. Kolaborasi antara pemilik kafe dan kreator konten menjadi simbiosis yang menguntungkan.

Dengan pendekatan visual dan strategi pemasaran berbasis pengalaman, makanan nostalgia menjadi lebih dari sekadar menu lama yang di hidupkan kembali. Ia telah menjadi bagian dari gaya hidup digital yang menghargai estetika dan narasi personal.

Kafe Sebagai Ruang Nostalgia Dan Koneksi Sosial

Kafe Sebagai Ruang Nostalgia Dan Koneksi Sosial selain menjadi tempat makan, kafe dengan konsep makanan nostalgia juga menjelma sebagai ruang sosial yang menghubungkan generasi. Orang tua mengajak anaknya untuk mengenalkan makanan masa lalu, sementara kelompok teman menikmati obrolan santai sambil berbagi kenangan sekolah atau masa kecil. Konsep ini tidak hanya menjual produk, tetapi pengalaman bersama yang menyentuh sisi emosional.

Dalam wawancara, pemilik kafe “Kenangan Dulu” menyebut sekitar 40% pelanggan datang dalam kelompok keluarga lintas generasi bersama-sama. Orang tua mengenalkan es doger dan gethuk kepada anak, mereka bersama-sama merayakan serta mengenang kenangan masa lalu itu.

Studi UGM 2022 menunjukkan pengalaman emosional seperti nostalgia sangat berpengaruh pada loyalitas pelanggan milenial dalam memilih kuliner. Makanan nostalgia memberikan rasa nyaman dan kedekatan personal yang sulit disaingi oleh makanan baru atau hidangan internasional yang populer.

Kafe juga menyelenggarakan acara tematik seperti “Nostalgia 90-an” dengan live music dan dekorasi ala kampung halaman yang hangat.Ini menarik pengunjung dari berbagai usia dan menciptakan interaksi lintas generasi yang semakin jarang terjadi di ruang publik modern.

Lebih dari sekadar tempat makan, café bertema makanan nostalgia kini menjadi ruang rekreasi budaya. Mereka merawat kenangan kolektif, menyatukan cerita pribadi dalam satu ruang yang hangat dan terbuka. Inilah yang membuat tren ini tak hanya bertahan, tapi berkembang semakin luas dan bernilai secara sosial.

Peluang Ekonomi Dan Tantangan Dalam Mengangkat Kuliner Jadul

Peluang Ekonomi Dan Tantangan Dalam Mengangkat Kuliner Jadul di balik populernya tren makanan nostalgia di kafe Instagramable, terdapat peluang ekonomi yang besar bagi pelaku UMKM, petani lokal, hingga produsen bahan baku tradisional. Banyak kafe kini bermitra dengan perajin lokal untuk menyajikan produk otentik seperti tape singkong, dodol, dan gula aren murni. Kerjasama ini turut menggerakkan ekonomi lokal serta mendukung keberlanjutan usaha kecil dan menengah di berbagai daerah Indonesia.

Data Kemenparekraf 2023 menunjukkan subsektor kuliner menyumbang sekitar 41% dari total ekonomi kreatif nasional yang mencapai Rp1.300 triliun. Dengan tren makanan nostalgia yang terus berkembang, kontribusi sektor ini diperkirakan meningkat dari kafe tematik dan penjualan produk jadul online.

Namun, tantangan juga muncul. Salah satunya adalah menjaga keseimbangan antara modernisasi dan otentisitas. Banyak kritikus kuliner menilai bahwa terlalu banyak inovasi bisa menghilangkan esensi asli dari makanan itu sendiri. Misalnya, klepon yang di ganti dengan warna ungu atau topping keju mungkin terlihat menarik, tapi bisa menimbulkan perdebatan soal keaslian rasa.

Beberapa kafe masih memakai plastik sekali pakai demi estetika, padahal ini menimbulkan dilema antara tampilan dan keberlanjutan lingkungan. Kini, sebagian pelaku mulai beralih menggunakan kemasan alami seperti daun pisang atau bambu untuk menyeimbangkan fungsi dan estetika. Tantangan lain adalah sumber daya manusia, karena banyak barista muda belum akrab dengan resep atau teknik kuliner tradisional. Pelatihan di butuhkan, bahkan beberapa kafe menggandeng ibu-ibu PKK agar cita rasa autentik tetap terjaga dan di wariskan secara langsung. Meski tidak mudah, tren makanan nostalgia justru mendorong inklusivitas serta kebangkitan nilai budaya dalam industri kuliner kekinian.

Tren kuliner di kafe Instagramable bukan sekadar gaya hidup, melainkan perpaduan masa lalu dan kini dalam visual penuh kenangan. Lebih dari sekadar bisnis, ini mencerminkan kebutuhan manusia untuk terhubung dengan kenangan, keluarga, budaya—semua tersaji dalam bentuk Makanan Nostalgia.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait