Tekanan Darah Tinggi Pembunuh Senyap, Imbauan Kemenkes
Tekanan Darah Tinggi Pembunuh Senyap, Imbauan Kemenkes

Tekanan Darah Tinggi Pembunuh Senyap, Imbauan Kemenkes

Tekanan Darah Tinggi Pembunuh Senyap, Imbauan Kemenkes

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Tekanan Darah Tinggi Pembunuh Senyap, Imbauan Kemenkes
Tekanan Darah Tinggi Pembunuh Senyap, Imbauan Kemenkes

Tekanan Darah Tinggi Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) mengimbau masyarakat untuk lebih waspada terhadap tekanan darah tinggi (hipertensi), yang di kenal sebagai “silent killer” atau pembunuh senyap. Penyakit ini sering kali tidak menunjukkan gejala jelas, namun dapat menyebabkan komplikasi serius seperti serangan jantung, stroke, hingga gagal ginjal.

Data dari Kemenkes menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia terus meningkat, terutama di kalangan usia produktif. Sayangnya, banyak penderita baru menyadari kondisi mereka setelah terjadi komplikasi. Hal ini di sebabkan karena hipertensi kerap berkembang tanpa keluhan yang terasa.

“Hipertensi sering kali tidak bergejala, tapi dampaknya bisa sangat fatal. Oleh karena itu, deteksi dini sangat penting,” ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI, dr. Eva Susanti.

Untuk itu, Kemenkes mengajak masyarakat melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin, minimal sebulan sekali, terutama bagi mereka yang berusia di atas 30 tahun atau memiliki riwayat keluarga dengan penyakit jantung dan stroke. Imbauan ini juga menjadi bagian dari kampanye nasional “CERDIK” yang mendorong gaya hidup sehat untuk mencegah penyakit tidak menular.

Selain pemeriksaan rutin, masyarakat juga di imbau untuk menjaga pola makan, mengurangi konsumsi garam, rutin berolahraga, menghindari rokok dan alkohol, serta mengelola stres. “Perubahan gaya hidup sederhana bisa memberi dampak besar dalam mencegah dan mengendalikan hipertensi,” tambah dr. Eva.

Kemenkes juga mendorong fasilitas layanan kesehatan primer, seperti puskesmas, untuk lebih aktif dalam melakukan skrining hipertensi dan edukasi kepada masyarakat. Selain itu, melalui Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu), pemerintah berupaya menjangkau kelompok masyarakat usia dewasa yang mungkin belum menyadari risiko kesehatannya.

Tekanan Darah Tinggi dengan meningkatnya kesadaran dan pemeriksaan rutin, di harapkan angka kasus hipertensi dapat di tekan dan kualitas hidup masyarakat Indonesia menjadi lebih baik. Kemenkes menegaskan, hipertensi bukan tak bisa di kendalikan—asal dikenali sejak dini dan di tangani secara tepat.

Tekanan Darah Tinggi Jadi Pemicu Utama Penyakit Jantung Dan Stroke Di Indonesia.

Tekanan Darah Tinggi Jadi Pemicu Utama Penyakit Jantung Dan Stroke Di Indonesia, masih menjadi salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia. Kementerian Kesehatan RI menyebut hipertensi sebagai faktor risiko terbesar penyebab penyakit jantung dan stroke, dua penyebab kematian tertinggi di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan laporan WHO, sekitar 34 persen penduduk Indonesia berusia di atas 18 tahun menderita hipertensi. Sayangnya, lebih dari separuh kasus hipertensi tidak terdeteksi karena minimnya gejala yang muncul pada tahap awal. Inilah yang membuat hipertensi di juluki sebagai “pembunuh senyap”.

“Tekanan darah tinggi sering tidak menunjukkan tanda-tanda awal, sehingga banyak penderita baru sadar setelah mengalami komplikasi seperti serangan jantung atau stroke,” kata dr. Eva Susanti, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan.

Hipertensi yang tidak di kendalikan dapat merusak pembuluh darah dan jantung secara perlahan. Akibatnya, aliran darah terganggu dan risiko pecahnya pembuluh darah meningkat, yang dapat berujung pada stroke atau gagal jantung. Selain itu, tekanan darah tinggi juga dapat memperburuk fungsi ginjal dan berkontribusi pada terjadinya kebutaan serta gangguan metabolik lainnya.

Kementerian Kesehatan mengimbau masyarakat untuk secara rutin memeriksa tekanan darah, terutama bagi mereka yang telah berusia di atas 30 tahun atau memiliki riwayat keluarga dengan penyakit jantung dan stroke. Pemeriksaan dapat di lakukan di puskesmas, klinik, maupun secara mandiri di rumah dengan alat pengukur tekanan darah digital.

Selain deteksi dini, pencegahan hipertensi juga dapat di lakukan melalui pola hidup sehat, yang terangkum dalam kampanye nasional CERDIK. Masyarakat di anjurkan untuk mengurangi konsumsi garam, memperbanyak makan buah dan sayur, rutin berolahraga, tidak merokok, serta mengelola stres dengan baik.

“Pola hidup sehat adalah kunci. Kita bisa mencegah komplikasi serius hanya dengan melakukan perubahan sederhana dalam keseharian,” tambah dr. Eva.

Pola Makan Tak Sehat Dan Kurang Olahraga Didorong Sebagai Faktor Naiknya

Pola Makan Tak Sehat Dan Kurang Olahraga Didorong Sebagai Faktor Naiknya, tekanan darah tinggi atau hipertensi terus menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat Indonesia. Salah satu penyebab utamanya adalah pola makan yang tidak sehat dan gaya hidup sedentari atau kurang bergerak, menurut Kementerian Kesehatan RI.

Dalam berbagai studi dan laporan kesehatan, pola konsumsi tinggi garam, lemak jenuh, dan gula yang tidak seimbang, serta kebiasaan kurang beraktivitas fisik, terbukti berkontribusi signifikan terhadap peningkatan risiko hipertensi. Perilaku ini banyak di temukan di kalangan masyarakat perkotaan yang cenderung mengandalkan makanan cepat saji dan jarang berolahraga.

“Gaya hidup modern yang serba instan dan minim aktivitas fisik membuat tekanan darah mudah naik, terutama jika tidak di imbangi. Dengan pola makan yang sehat,” ujar dr. Eva Susanti, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan.

Makanan tinggi natrium, seperti makanan olahan, mie instan, keripik, serta makanan cepat saji. Di ketahui dapat memicu peningkatan tekanan darah jika di konsumsi secara berlebihan. Kurangnya asupan kalium dari buah dan sayur juga memperburuk kondisi ini. Di tambah lagi, kebiasaan duduk terlalu lama di tempat kerja atau di rumah. Tanpa di selingi aktivitas fisik, membuat risiko hipertensi semakin meningkat.

Kementerian Kesehatan mendorong masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat melalui program “CERDIK”. Yang mencakup cek kesehatan secara berkala, enyahkan asap rokok, rajin aktivitas fisik, diet sehat dan seimbang, istirahat cukup, serta kelola stres. Melalui langkah-langkah ini, risiko tekanan darah tinggi dapat di tekan sejak dini.

Pentingnya Rutin Memeriksa Tekanan Darah Untuk Deteksi Dini Gangguan Kardiovaskular.

Pentingnya Rutin Memeriksa Tekanan Darah Untuk Deteksi Dini Gangguan Kardiovaskular, Tekanan darah tinggi atau hipertensi di kenal sebagai salah satu penyebab utama gangguan kardiovaskular seperti serangan jantung, stroke, dan gagal jantung. Namun karena kerap tidak menimbulkan gejala, banyak orang tidak menyadari bahwa mereka telah mengidap kondisi tersebut. Untuk itu, pemeriksaan tekanan darah secara rutin menjadi langkah penting dalam deteksi dini penyakit yang dapat mengancam jiwa ini.

Kementerian Kesehatan RI menegaskan bahwa deteksi dini melalui pengukuran. Adalah salah satu cara paling efektif untuk mencegah komplikasi serius dari penyakit kardiovaskular. Pemeriksaan ini dapat di lakukan dengan alat digital sederhana, baik di rumah maupun di fasilitas kesehatan terdekat.

“Banyak penderita hipertensi baru mengetahui kondisinya setelah mengalami komplikasi. Padahal, jika terdeteksi lebih awal. Bisa di kendalikan dan di cegah dampaknya,” kata dr. Eva Susanti, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes.

Pemeriksaan tekanan darah di anjurkan di lakukan secara rutin minimal sebulan sekali, terutama bagi individu berusia. Di atas 30 tahun, memiliki riwayat keluarga dengan penyakit jantung, obesitas, atau gaya hidup yang kurang sehat. Langkah ini sangat penting mengingat hipertensi sering muncul tanpa gejala dan berkembang secara perlahan.

Dengan mengetahui tekanan darah sejak dini, masyarakat dapat segera melakukan perubahan gaya hidup. Seperti mengurangi asupan garam, rutin berolahraga, menghindari rokok dan alkohol, serta mengelola stres. Jika diperlukan, dokter juga dapat memberikan terapi obat antihipertensi yang sesuai.

“Pemeriksaan sederhana ini bisa menyelamatkan nyawa. Jangan tunggu sampai muncul keluhan berat. Cukup lima menit untuk cek tekanan darah, tapi dampaknya sangat besar bagi kesehatan jangka panjang,” tambah dr. Eva. tentang Tekanan Darah Tinggi

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait